Monday 21 May 2012

PENTINGNYA PENGELOLAAN ARSIP MENGGUNAKAN SISTEM OTOMASI


A.     PENDAHULUAN
Secara etimologi arsip berasal dari bahasa yunani kuno archeion yang merupakan perkembangan dari kata arche yang memiliki arti bervariasi, misalnya permulaan, asal, tempat utama, kekuasaan, kedaulatan, kehakiman, dan kantor. Dari kata tersebut terbentuklah kata jadian archaios yang berarti kuno, archeion yang berarti gedung pemerintah yang selanjutnya melahirkan kata archivum (Latin), archive (Inggris), archief (Belanda) dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata arsip[1]

Saturday 28 April 2012

KRITIK TEMU BALIK INFORMASI MULTI MEDIA



Sistem temu balik multimedia memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka penyatuan penyimpanan dan temu balik informasi di dalam sejumlah formulir-formulir, teks , gambar, audio dan video. Informasi yang ada di dalam multi media  memiliki beberapa karakter khusus yang hal tersebut menimbulkan perbedaan dari informasi yang tersaji secara tekstual, dan selanjutnya temu balik informasi multimedia juga berbeda dari sistem temu balik teks secara konvensional.

PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PROSES ORGANISASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN



A.   Pendahuluan
Dalam dua dasa warsa terakhir, teknologi berkembang begitu cepat. Banyak aspek kehidupan akhirnya berubah, termasuk perubahan perilaku masyarakat karena adanya teknologi informasi, dimulai dengan penemuan komputer pribadi di era tahun 1980an dan mulai banyak digunakan pada dasa warsa terakhir abad 20 benar-benar telah menjadi pola kerja, pola kehidupan dan berbagai aspek lain seperti penyimpanan data, penyediaan data serta penyajian data. Hal ini harus disadari oleh pustakawan untuk mengadaptasi perubahan ini.

Friday 27 April 2012

PERPUSTAKAAN SEKOLAH BUKAN GUDANG BUKU PROYEK : Oleh : Itmamudin, SS[1]


 

     A.   Koleksi Perpustakan Sekolah yang ideal
“Pagi itu, sebut saja namanya Bunga, sangat senang melihat sebuah truk masuk ke sekolah. Tidak henti-hentinya mata Bunga menatap satu persatu barang yang diturunkan dari dalam truk, kemudian lewat di hadapanya sebut saja namanya Ranti seorang pustakawan yang kebetulan bertugas untuk menerima barang tersebut. Tanpa ragu bunga bertanya kepada guru tersebut, “ibu, apa to itu bu?” si guru menjawab “oh, itu buku baru nak, kiriman dari pemerintah”, spontan bunga bersorak “horee…..kita dapat buku baru…..”kemudian si Bunga mengajak teman-temanya untuk datang ke perpustakaan melihat buku-buku yang baru datang dengan sangat antusias, namun begitu membuka satu persatu buku baru tersebut, si bunga dan teman-temanya kecewa, karena buku baru tersebut sama sekali tidak menyenangkan seperti yang ada dalam pikiran si bunga dan teman-temanya. Si bunga berharap, buku baru tersebut berisi tentang cerita anak-anak, dongeng, cerita bersambung dan lain sebagainya yang bernuansa cerita. Namun kenyataanya buku baru tersebut hanya berisi buku-buku pelajaran saja yang menurut mereka tidak menarik. Dengan berat hati akhirnya si bunga dan teman-temanya beranjak pergi meninggalkan perpustakaan dengan perasaan kecewa”.

Sepenggal cerita diatas, bukan hanya isapan jempol belaka dan barangkali terjadi dibanyak sekolah. Keadaan semacam ini menggambarkan betapa perpustakaan sekolah saat ini belum dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Kebanyakan perpustakaan sekolah hanya mengkoleksi buku-buku pelajaran saja, dan sedikit buku-buku yang bernuansa rekreatif atau fiksi. Hal ini sangat kontroversial dengan pendapat Dian Sinaga[2] yang mengatakan bahwa komponen koleksi perpustakaan sekolah di bawah ini :

Wednesday 25 January 2012

PROFESI PUSTAKAWAN “Bagai Tamu Di Rumah Sendiri” Oleh : Itmamudin, SS



Pustakawan dan perpustakaan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan, seperti dua sisi mata uang, dimana ada  perpustakaan, maka idealnya disitu juga harus ada pustakawan. Namun pada kenyataanya, banyak sekali perpustakaan yang di dalamnya tidak ada pustakawan. Sehingga perpustakaan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

Bagi kebanyakan orang, profesi pustakawan merupakan profesi yang belum terlalu diperhitungkan, karena kebanyakan mereka menilai sebuah profesi diukur dengan penilaian terhadap materi. Sementara perhatian pemerintah sendiri untuk pustakawan saat ini juga belum seperti perhatiannya kepada profesi yang lain misalnya profesi dokter, hakim, jaksa dan profesi lainya.

Wednesday 18 January 2012

KOMUNIKASI ASERTIF, Langkah Nyata Peningkatan Mutu Layanan

Oleh : Itmamuddin S.S
Ada sebuah percakapan dari seorang pengunjung dengan petugas di bagian layanan legalisasi ijasah, sebut saja si A berkata “Bu saya mau legalisir” si petugas menjawab “ya silahkan, isi dulu blangko ini ya!kalau sudah silahkan anda tunggu di sana, bisa sambil baca koran!nanti kalau sudah selesai anda akan saya panggil” si A menjawab “terimakasih bu” si petugas menjawab “sama-sama”

Dari percakapan tadi jelas terlihat bahwa terjadi komunikasi yang sangat baik antar keduanya, terasa saling menghormati dan menghargai. Komunikasi semacam ini merupakan bentuk komunikasi yang sangat didambakan oleh para pengunjung. Namun sudahkah di tempat kerja kita komunikasi semacam ini diterapkan?pertanyaan ini sangat menggelitik penulis untuk menyampaikan berbagai keluhan yang sering penulis dengar baik secara langsung maupun tidak langsung dari pengunjung di lembaga kita. Sebagai bagian dari lembaga ini penulis merasa perlu menyampaikan ini sebagai rasa tanggung jawab penulis untuk kemajuan lembaga ini. Di semua lini dan bagian dilembaga ini seringkali terjadi komunikasi yang tidak assertive. Seringkali kita dengar pengunjung marah-marah dengan petugas dan sebaliknya petugas marah-marah dengan pengunjung, bahkan pernah hampir saja terjadi adu jotos antara petugas dengan pengunjung. Hal ini sangat memalukan lembaga kita yang merupakan salah satu lembaga akademis dan menghasilkan para akademisi dan praktisi yang berbasis keislaman. Jika hal ini dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya kea rah perubahan, penulis khawatir image atau kesan pengunjung terhadap pelayanan kita akan menurun

Thursday 5 January 2012

PENDIDIKAN PEMUSTAKA SANGAT PENTING BAGI SISWA, GURU DAN PUSTAKAWAN

Keberadaan perpustakaan pada suatu lembaga pendidikan mutlak harus ada dan sangat diperlukan. Begitu pentingnya peranan perpustakaan bagi kemajuan sebuah lembaga pendidikan, sehingga sebagian orang mengatakan bahwa perpustakaan sebagai jantungnya pendidikan atau sekolah.Hal tersebut dilandasi dengan fungsi perpustakaan yang berupaya memberikan dan melengkapi fasilitas membaca untuk kepentingan pendidikan, rekreatif dan penelitian. Melalui kegiatan perpustakaan yang meliputi kegiatan mengadakan dan mengumpulkan, mengolah, dan melestarikan, dan menyebarluaskan informasi sesuai dengan kurikulum, hal ini dilakukan dengan harapan dapat menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah dan meningkatkan mutu lulusan sekolah.