Wednesday 25 January 2012

PROFESI PUSTAKAWAN “Bagai Tamu Di Rumah Sendiri” Oleh : Itmamudin, SS



Pustakawan dan perpustakaan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan, seperti dua sisi mata uang, dimana ada  perpustakaan, maka idealnya disitu juga harus ada pustakawan. Namun pada kenyataanya, banyak sekali perpustakaan yang di dalamnya tidak ada pustakawan. Sehingga perpustakaan tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

Bagi kebanyakan orang, profesi pustakawan merupakan profesi yang belum terlalu diperhitungkan, karena kebanyakan mereka menilai sebuah profesi diukur dengan penilaian terhadap materi. Sementara perhatian pemerintah sendiri untuk pustakawan saat ini juga belum seperti perhatiannya kepada profesi yang lain misalnya profesi dokter, hakim, jaksa dan profesi lainya.

Menurut Sutarno dalam buku perpustakaan dan masyarakat (2005 : 13) menyebutkan ada 3 faktor yang menyebabkan perpustakaan belum dapat berkembang dan masih belum bisa berdiri sendiri, di antaranya adalah :
·         Pengelola perpustakaan
Pengelola perpustakaan yang dimaksud adalah pustakawan sebagai penentu kemajuan sebuah perpustakaan. Dalam hal ini pustakawan belum difungsikan sebagaimana mestinya. Banyak perpustakaan yang justru menomorduakan  pustakawan. Hal ini dapat dilihat dalam penunjukkan pejabat di perpustakaan dari mulai kepala sampai pada jabatan terendah, terkadang masih banyak yang tidak menempatkan pustakawan sebagai orang nomor satu di perpustakaan. Bahkan menempatkan pustakawan di bagian yang sama sekali tidak sesuai dengan tupoksi pustakawan. Justru menempatkan tenaga administrasi biasa untuk mengisi posisi tersebut, sehingga berakibat pada tidak berjalannya tugas pokok dan fungsi perpustakaan sebagaimana mestinya. Jika melihat hal ini, kemajuan perpustakaan hanya merupakan sebuah keniscayaan yang tidak akan pernah terwujud. Karena pustakawan sama sekali tidak diberikan kekuatan untuk memajukan perpustakaan. Hal ini diibaratkan seperti prajurit yang akan  menuju medan perang namun tidak dibekali dengan senjata dan perisai, hal ini dapat di pastikan bahwa si prajurt ini tidak akan memenangkan peperangan, mungkin malah begitu dia sampai di medan perang dia akan langsung tertembak dan akhirnya gugur di medan perang.
Mengapa kita tidak mencoba belajar dari manajemen rumah sakit, bahwa untuk menjadi seorang kepala rumah sakit dan pejabat di rumah sakit, haruslah seorang dokter. Ini artinya bahwa pegawai administrasi biasa tidak mungkin diangkat untuk menjadi kepala rumah sakit karena yang mengetahui tugas pokok dan fungsi dari rumah sakit adalah seorang dokter.
Mencermati hal tersebut di atas terkesan bahwa “pustakawan bagaikan tamu dirumah sendiri”, hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi sebuah kemunduran di dunia perpustakaan jika yang mengelola perpustakaan bukan ahli perpustakaan dalam hal ini pustakawan. Karena yang mengetahui persisnya tugas pokok dan fungsi perpustakaan adalah seorang pustakawan. Namun itulah realita yang terjadi dalam dunia perpustakaan,  sungguh dibutuhkan kemampuan yang luar biasa untuk memajukan sebuah perpustakaan. Karena berbagai tantangan dan rintangan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perjuangan para pustakawan untuk memajukan perpustakaan.

·         Sumber informasi
Berbicara mengenai sumber informasi disini adalah segala sesuatu yang terkait dengan koleksi yang disediakan oleh perpustakaan sebagai material yang dijadikan komoditas untuk dilayankan kepada pemustaka. Banyak sekali perpustakaan yang belum memperhatikan kebutuhan para pemustaka dalam melaksanakan kegiatan pengembangan koleksi. Di sini perpustakaan menggunakan “hak Veto” nya untuk menentukan sendiri koleksi yang akan diadakan. Sehingga terkesan egois dalam menentukan kebijakan pengembangan koleksi tanpa melibatkan lembaga lain dalam kegiatan ini. Misalnya di perguruan tinggi seringkali perpustakaan hanya memaksimalkan kerja pengelola perpustakaan dalam hal ini pustakawan untuk menentukan judul-judul buku yang akan di adakan untuk pengembangan koleksi. Karena keterbatasan kemampuan secara akademis para pustakawan, sehingga mengakibatkan judul-judul buku yang dipilih tidak mengakomodir kebutuhan pengguna.
Hal ini sangat disayangkan, karena ketika buku terbeli dan buku itu tidak sesuai dengan kebutuhan para pemustaka sebagai konsumen perpustakaan, maka buku itu tidak akan pernah digunakan sebagai sumber informasi.
 Di beberapa perpustakaan perguruan tinggi ada yang sudah membentuk TIM pengembangan koleksi dengan melibatkan berbagai elemen pengguna perpustakaan, dari mulai tingkat fakultas, jurusan, program studi, dosen, bahkan unsur mahasiswa. Hal ini patut di apresiasi, karena bukan hal yang mudah untuk mempertemukan mereka dalam satu wadah yaitu tim pengembangan koleksi. Diharapkan dengan pembentukan tim ini, kebutuhan pengguna dapat diakomodir, sehingga tidak akan ada lagi buku yang diadakan oleh perpustakaan tidak digunakan karena tidak sesuai dengan kebutuhan pemustaka, kalaupun ada hal ini dapat diminimalisir, sehingga akhirnya tidak menjadi proyek yang gagal.

·         Masyarakat pengguna
kebutuhan masyarakat akan perpustakaan belum seperti kebutuhan mereka akan profesi yang lain. Masyarakat lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi terlebih dahulu sebelum menjadikan perpustakaan sebagai prioritas utama mereka.  Wiji Suwarno (2010 : 46) mengatakan bahwa perpustakaan masih merupakan keinginan (wants) dari pada kebutuhan (needs) bagi sementara orang. Ini artinya bahwa kesadaran dan kepentingan mereka terhadap perpustakaan sebagai sumber informasi mulai ada, mulai menggejala dan berkembang tetapi belum menjadi prioritas yang utama. Sedangkan disatu sisi menjadikan perpustakaan yang representatif dan layak digunakan oleh masyarakat luas juga bukan sesuatu yang mudah dan menjadi tantangan bagi para pustakawan sebagai motor penggerak kemajuan perpustakaan.

Dari ketiga hal tersebut di atas itulah yang sangat menentukan kemajuan dunia perpustakaan. Walaupun berbagai realita yang terjadi dilapangan seringkali tidak berpihak terhadap pustakawan, namun sebagai pustakawan kita tidak boleh berputus asa menghadapi tantangan tersebut, justru pustakawan harus senantiasa berusaha terus menerus tanpa merasa bosan untuk memperjuangkan perpustakaan dan organisasi pustakawan agar di perhatikan oleh pemerintah. Menjadi sebuah tugas rumah yang tidak ringan untuk mencapai hal ini, namun bukan sesuatu yang mustahil jika pustakawan bersama-sama berusaha untuk meningkatkan kemampuanya, dan para stake holder senantiasa memperhatikan berbagai pertimbangan secara profesional dalam menentukan kebijakan untuk perpustakaan. Wassalam dan terimakasih






No comments:

Post a Comment